Hubungan Antara Gereja Independen

Independensi adalah otonomi untuk mengatur rumah tangga sendiri tanpa supervisi atau otoritas dunia. Bukan sama sekali tanpa otoritas, tetapi tanpa otoritas dunia. Satu-satunya otoritas adalah Alkitab, satu-satunya firman Tuhan yang tidak ada salah.

Independensi Gereja tidak serta merta membuat Gereja terkucilkan tersendiri. Jemaat Perjanjian Baru memberikan contoh-contoh bagaimana Gereja saling mendukung pelayanan, baik secara materi maupun moril dan doktrinal.

Dalam hal dana, sebagian menganggap kebutuhan bantuan dana sebagai ketidak-mampuan untuk independen. Mungkin benar juga jika hanya dilihat dari sudut pandang materi. Juga, seringkali memang bantuan dana disertai juga sedikit tekanan doktrinal. Bahkan ada Gereja yang terang-terangan menuntut secara doktrinal untuk bantuan dana yang diberikan. Jadi berhati-hatilah dengan bantuan dana yang tidak jelas, apalagi dana tidak kudus, yang bukan dari umat yang sudah ditebus, dikuduskan, karena sangat mungkin dana tersebut membawa tuntutan doktrinal, baik terang-terangan ataupun secara tidak langsung menyebabkan kotbah menjadi lembek dan tidak berani menyatakan yang salah, bahkan tidak berani berikan traktat.

Di sisi lain, Gereja independen seringkali mendirikan benteng yang mengucilkan diri sendiri dari Gereja independen lain. Bahkan terkadang terdengar kabar ‘perebutan domba’, terutama ‘domba’ gemuk. Gereja takut ‘dombanya’ kecolongan. Padahal mereka lupa itu bukan ‘dombanya’, tetapi domba milik Sang Gembala Agung. Sehingga salah fokus, malah Gereja independen saling membentengi diri terhadap yang lain.

Akibatnya bukan hanya independen lagi, tetapi isolasi dan takut ketauan dapurnya.

Penting untuk selalu diingat, domba itu milik Sang Gembala Agung yang dititipkan. Terserah kepada Sang Gembala jika dombanya mau dipindah ke kandang lain.

Lebih penting lagi jangan sampai lupa, selama kita memberitakan Injil yang benar, maka musuh kita sama, Raja dan Tuhan kita sama.

Seharusnyalah Gereja-gereja independen saling menegor saling menasihati saling menguatkan.

Seharusnya juga jemaat yang ingin semakin benar semakin sempurna harus siap menerima tegoran dan siap selalu untuk berubah memperbaiki diri menjadi lebih baik.

Memang mudah menegor orang. Tapi seringkali orang marah kalo ditegor. Biasanya marah itu wajar. Tetapi setelah marah baiknya perlu dipikirkan kembali apa yang lebih baik dan memperbaiki apa yang belum baik.

Disini letak perbedaan Cinta Kebenaran dan Cinta Buta.
Cinta Kebenaran setelah marah akan memperbaiki menjadi lebih baik lebih benar.
Cinta Buta biasanya cuman marah dan tidak ada tindak lanjut bahkan seringkali ngotot tidak mau memperbaiki. Atau, kalaupn memperbaiki mungkin hanya karna terpaksa.

2 Korintus 7
8. Jadi meskipun aku telah menyedihkan hatimu dengan suratku itu, namun aku tidak menyesalkannya. Memang pernah aku menyesalkannya, karena aku lihat, bahwa surat itu menyedihkan hatimu–kendatipun untuk seketika saja lamanya–,
9. namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu itu adalah menurut kehendak Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami.
10. Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.
11. Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, kegiatan, penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah di dalam perkara itu.

Sekali lagi di ingat, musuh kita sama, Raja dan Tuhan kita sama!
Jangan gara-gara ditegor saja marah dan malah menganggap pasukan lain sebagai musuh dan saling menyerang dan musuh tinggal menonton dengan senang.

1Korintus 4:14. Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi.

Tinggalkan komentar